Jumat, 04 September 2015

Festival Songket Mendunia

Museum Rekor Dunia Indonesia hanya mampu mencatat 17.200 pemakai tenun songket Silungkang, yang dilakukan dengan sistem sampling. Padahal sebelumnya, kegiatan yang menempuh jarak 2 kilometer itu, hanya mentargetkan angka 17 ribu.
Hal itu diungkapkan Manager Museum Rekor Indonesia, Gerry Benedict Suryana Putra, ketika menyerahkan Rekor Dunia dari Museum Rekor Dunia Indonesia, di kawasan ‘Kota Tua’ Sawahlunto.
Berkemungkinan besar, jumlah pemakai songket Silungkang dalam iven SISCa 2015 jauh melampaui angka hitungan dari Museum Rekor Dunia Indonesia itu. Sebab, pemakai pakaian hasil kerajinan tradisional itu melimpah ruah memenuhi pusat Kota Sawahlunto.
Menteri Koperasi dan UKM RI, AA Gede Ngurah Puspayoga sangat mengapresiasi langkah Sawahlunto dalam menggelar SISCa 2015, dalam mengangkat kerajinan tradisional tenun songket Silungkang ke tingkat internasional.
AA Gede Ngurah Puspayoga melihat, tenun songket Silungkang Sawahlunto telah memiliki kualitas dan mutu yang baik, yang menjadi syarat mutlak untuk dapat berkompetisi masuk ke pasar internasional.
Jika kualitas dan mutu tenun Silungkang Sawahlunto bisa dipertahankan dan sitingkatkan, AA Gede Ngurah Puspayoga, pengerajin tidak perlu takut untuk menghadapi pasar perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Kualitas dan mutu, lanjutnya, akan mampu mendatangkan promosi tersendiri. Sebab, produk berkualitas akan terus dicari dan diburu para konsumennya. Jika tidak ada aral melintang, Butik Safira, salah satu butik nasional, akan memboyong songket Silungkang untuk ditampilkan New York Amerika Serikat, 12 September mendatang.
Gubernur Sumatera Barat, Reydonnyzar Moenek juga tidak kalah dalam memberikan apresiasi terhadap iven yang menjadi pesta masyarakat Sawahlunto itu. Menurutnya, songket Silungkang Sawahlunto sudah saatnya go internasional.
Pria yang akrab disapa Donny itu, mengharapkan Pemerintah Sawahlunto terus membangun pariwisata dengan melibatkan masyarakat, khususnya usaha kecil menengah.
Walikota Sawahlunto, Ali Yusuf mengaku sangat yakin, semakin terangkatnya tenun songket Silungkang, akan mampu berkontribusi dalam mengangkat ekonomi masyarakat.
Optimisme itu memang bukan tidak beralasan. Sebab, pemerintah terus berupaya meningkatkan dan mengembangkan keterampilan kerajinan tenun songket Silungkang.
Jika sebelumnya pengerajin tenun songket Silungkang hanya dalam hitungan puluhan orang, kini dengan pelatihan dan bantuan alat tenun serta modal awal, jumlah pengerajin tenun songket Silungkang menembus angka 900 orang.
Beragam kreasi songket Silungkang dari tangan-tangan terampil anak negeri Sawahlunto, ditampilkan dalam ajang itu. Terik matahari, tidak menggoyahkan semangat peserta, untuk menampilkan kreasi-kreasi terbaik mereka.
Kreasi songket yang ditampilkan, yakni rumah gadang, Lubang Mbah Soero, Loko Uap, rambu-rambu jalan raya, hasil pertanian, alat tenun bukan mesin, serta kesenian tradisional.
Direktur PT. Cendekia Mulia Komunikasi Emilia Rosa Sitohang, yang menjadi event organizer, pelaksana kegiatan akbar tersebut, tampak tersenyum haru, ketika melihat antusias masyarakat, pengunjung yang menyatu dalam kehangatan SISCa 2015.
“Alhamdulillah, luar biasa. Iven akbar yang tercatat dalam rekor dunia ini mendapatkan dukungan dan sambutan yang luar biasa, khususnya masyarakat Sawahlunto, serta seluruh pengerajin tenun songket yang hadir dari berbagai daerah dan negara,” ujar Rosa.
Selain rekor iven dengan pemakai tenun songket terbanyak, SISCa 2015 juga tercatat sebagai iven dengan lomba fotografi peserta terbanyak. Panitia lomba fotografi dengan hadiah total Rp50 juta itu, mencatat 300 fotografi dari berbagai provinsi hadir mengabadikan SISCa 2015.

0 komentar:

Posting Komentar